Sabtu, 25 Oktober 2014

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

ILMU BUDAYA DASAR





NAMA            :
Qurrota 'Ayyun
NPM               :
38414650
KELAS           :
1ID06
FAKULTAS   :
Teknologi Industri
JURUSAN      :
Teknik Industri



UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
2014/2015





DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................... 1
Daftar Isi ..................................................................................................................... 2
Pembahasan ................................................................................................................. 3
Manusia dan Tanggung Jawab .................................................................................... 3
A.    Pengertian Tanggung Jawab .................................................................................. 3
B.     Macam - Macam Tanggung Jawab ........................................................................ 4
C.     Pengabdian dan Pengorbanan................................................................................ 5
Pengalaman Tanggung Jawab ..................................................................................... 8
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 10





MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB


A.    PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menganggung sgala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung dan memikul segala sesuatunya, atau memberikan jawaban dan menggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Seseorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah bertanggung jawab atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar mahasiswa tersebut merupakan bentuk pertanggung jawabannya. Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B, atau C itulah kadar pertanggung jawabannya.
Bila mahasiswa tersbut malas belajar, dan ia sadar akan hal itu tetapi tetap tidak mau belajar dengan alasan capek, segan, dan lain-lain. Padahal ia menghadapi ujian. Ini berarti bahwa si mahasiswa tidak memenuhi kewajibannya, berarti pula ia tidak bertanggung jawab.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Tanggung jawab timbul karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya. Manusia menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesame manusia dan antara manusia dan lingkungan.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pihak yang berbuat dan kepentingan pihak lain. Dari sisi pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri lupa yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
Apabila dikaji, tanggung jawab adalah kewaiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban ditunjukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri, atau pihak lain. Dengan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya, dan menyadari pyla bahwa pihak lain memerkukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditenpuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


B.     MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau keperluan orang lain. Tanggung jawab dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau gubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :

a)      Tanggung jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendir. Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena merupakan seseorang pribadi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, anggapan sendiri. sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan, dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik disengaja maupun tidak.

b)     Tanggung jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Kaluarga terdiri dari sumi-istri, ayah-ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini mnyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

c)      Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhan manusoa lan, maka manusia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarkat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila sagala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

d)     Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.

e)      Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan, sehingga tidakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman-hukuman manusia tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.


C.    PENGABDIAB DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri

a)      Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan. Hal itu berarti mengabdi kepada keluarga.
Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.
Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajid mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang tejun di lading Tuhan karena kesadran moralnya, karena panggilan Tuhan. Mereka meningalkan keluarganya dan tidak akan berkeluarga. Sehinnga hamper seluruh waktu, pikiran, tenaga maupun kegiatan hanya tercurah untuk memuliakan Tuhan. Dakam agama yang tidak membedakan manusia atas dasar ras ataupun bangsa itu, para biarawan dan biarawati ditempatkan di daerah-daerah yang jauh dan terpencil. Semuanya dilakukan dengan semboyan tugas suci. Selain pada gereja katolik, pada agama budha juga dikenal biarawati atau biarawan dengan sebutan bhiksu dan bhiksuni dengan cara kehidupan yang tidak jauh berbeda.
Pengabdian kepada negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negara yang bertugas menjadi mercu suar di pulai yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai, sementara itu setiap hari tiupan angin kencang dari lait tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam mengabdikan diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negara di kota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-kali bila mereka memperoleh cuti tahunan. Kesenangan dan kegembiraan sesama pegawai negara hanya mereka bayangkan secara terang di alam yang demikian sepi. Anak-anak mereka sulit berkembang sebagai makhluk sosial, dan terbatas untuk dapat mengembangkan diri akibat terpencilnya tempat tinggalnya. Dengan membandingkan mereka dan kehidupan di kota atau di tempat yang lebih baik, terasa arti pengorbanan mereka demi keselamatan manusia lain, bangsa dan negara sendiri.

b)     Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pemrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kotbah agama. Dari kisah para tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh tauladan, bagaimana semestinya wajib berkorban.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas, karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatnya. Tetapi untu kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di pelosok terpencil daerah transmigrasi adalah pengabdian yang juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar di situ tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. Ia hanya menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat setemoat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga, pikiran, waktu untuk kepentingan anak didiknya.
Dalam novel berjudul Siti Nurbaya karya Marah Rusli, betapa besar pengorbanan gadis Siti Nurbaya sebagai pengabdiannya kepada orang tuanya. Orang tua Siti Nurbaya tidak mampu membayar hutang kepada Datuk Maringgih. Sebagi tebusannya, Siti Nurbaya dibujuk agar bersedia kawin dengan Datuk Maringgih, si tua Bangka, walaupun sebenarnya ia sudah mengikat janji dengan pemuda pujaannya bernama Syamsul Bahri. Demi pengabdian kepada bapaknya, Siti Nurbaya bersedia memutuskan hubungannya dengan Syamsul Bahri dan mau dikawinkan dengan Datuk Maringgil, walau dengan perasaan yang sangat berat.





PENGALAMAN BERTANGGUNG JAWAB

Dulu saya merupakan anggota OSIS, saat acara saya sering menjadi koor acara, saya bertanggung jawab atas acara-acara tersebut.
Saat itu saya menjadi ketua acara MOPDB yaitu acara yang biasa di sebut dengan MOS, awalnya semua berjalan lancer dalam 3 hari, hanya mungkin ada beberapa junior OSPK (OSIS MPK) yang tidak mau di atur.
Saat hari terakhir yaituhari gebyar ekskul, semua mulai berjalan tidak seperti rencana, akhirnya karena saya sebagai ketua merasa bertanggung jawab. Saya yang menyusun acara untuk gebyar ekskul tersebut, dan saya pula yang mengatur jalannya acara. Walau hamper semua junior yang saya minta pertologannya tidak membantu sama sekali.
Saat itu saya merasa sangat kesal dan terbebani karena tidak ada yang membantu saya, akhirnya teman-teman saya menolong saya dan menyemangati saya di titik-titik akhir. Saya merasa sangat capek saat itu karna hampir semua saya yang melaksanakannya, karena saya tidak ingin acara yang saya ketuai rusak, atau berantakan. Akhirnya semuanya pun selesai dan saya merasa sangat lega karena walau waktunya sangat mundur semua tetap dapat selesai dengan baik, walau agar sedikit berantakan.
Akhirnya setelah semua selesai di adakan rapat untuk evaluasi acara. Di sana setiap orang menyebutkan apa saja yang telah dia lakukan selama acara belangsung. Saya hanya terdiam mendengar para junior-junior yang tidak banyak bekerja tetapi mereka berbicara seperti banyak bekerja. Saat giliran saya pun tiba, dan saya hanya menarik dan melepas nafas saya. Saat saya ingin mengatakan apa saja yang telah saya lakukan, rekan-rekan saya berkata saya tidak perlu menyebutkannya karena semua tau saya sangat banyak bekerja dan terlihat sangat capek disana.
Saat itu saya menjadi koor acara LADAKOM yaitu acara pemilihan OSPK. Saat itu acara sangat berantakan karena peserta LADAKOM yang mengulur-ngulur waktu. Saat presentasi mereka terlalu bertele-tele sehingga membuang-buang waktu sehingga saya mengganti-ganti acara sama terus menurut sampai acara tersebut berjalan dengan lancar. Teman saya yang merupakan ketua LADAKOM memanggil saya dan berkata bahwa waktunya sudah sangat mundur, dan dia berkata untuk mengganti acara, saya pun berkata bahwa semua acara sudah saya ganti dan saya atur kembali agar jam nya pas. Teman saya pun sangat berterimakasih kepada saya karena telah menyelamatkan acara dia.
Lalu saya mengarahkan peserta LADAKOM untuk tidak mengulur-ngulur waktu, saya memberikan waktu untuk shlat dan kembali ke tempat presentasi. Kertas acara saya pun penuh dengan coret-coretan karena saya terus mengganti-ganti acara. Akhirnya presentasi pun selesai sesuai dengan jam yang baru yang telah saya buat.
Saat melanjutkan ke acara berikutnya, koor acara, ketua LADAKOM, dan ketua OSIS dipanggil oleh pembina OSPK dan kesiswaan. Mereka meminta untuk diganti acaranya karena meraka tidak mau anggota LADAKOM tidak cepat tetapi dini hari dibangunkan. Akhirnya kami pun mengatakan bahwa dari tahun-tahun sebelumnya selalu seperti itu karena tidak mungkin post to post di adakan malam-malam. Akhirnya kami pun terus membela dan pembina OSPK dan kesiswaan pun terus menolak. Akhirnya mereka mencari proposal LADAKOM tahun lalu, untuk membandingkan. Saat mereka mencari proposal tahun lalu saya merasa sangat pusing dunia serasa berputar di mata saya. Akhirnya pembina OSIS dan kesiswaan pun setuju dengan acara dan negosiasi yang telah kami buat.
Saat keluar ruang kesiswaan saya hampir terjatuh karena pusing. Saya pun sadar bahwa saya baru makan beberapa suap karena terus mengganti-ganti acara, akhirnya saya pun mulai sakit, suara saya menjadi sangat amat serak, semua temen saya pun langsung menyuruh saya untuk makan. Kata mereka masalah acara nanti lagi dipikirinnya yang penting saya makan dan jangan sampai semakin sakit. Akhirnya saya makan dan beristirahat sebentar. Saat saya merasa lebih baikan pun saya mengatur acara saya kembali, dan alhamdulillahnya semua berjalan lancar setelah itu. Meski akhirnya suara saya hilang di malam hari. Akhirnya LADAKOM yang di laksanakan 2 hari 1 malam pun selesai dan saya merasa lega karena semua sudah selesai, dan acara berjalan lancar.
Itu adalah bentuk tanggung jawab saya selama saya menjabat di OSPK (OSIS MPK). Terimakasih J.





DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar