ILMU
BUDAYA DASAR
NAMA :
Qurrota 'Ayyun
NPM :
38414650
KELAS :
1ID06
FAKULTAS :
Teknologi Industri
JURUSAN :
Teknik Industri
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
2014/2015
DAFTAR
ISI
Cover ........................................................................................................................... 1
Daftar Isi ..................................................................................................................... 2
Pembahasan ................................................................................................................. 3
Manusia dan
Penderitaan ............................................................................................ 3
A. Pengertian
Penderitaan .......................................................................................... 3
B. Siksaan
.................................................................................................................. 4
C. Kekalutan
Mental .................................................................................................. 6
D. Penderitaan
dan Perjuangan .................................................................................. 8
E. Penderitaan,
Media Masa, dan Seniman ............................................................... 9
F. Penderitaan
dan Sebab-Sebabnya ......................................................................... 10
G. Pengaruh
Penderitaan ........................................................................................... 11
Pengalaman
Penderitaan ............................................................................................. 12
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 14
MANUSIA
DAN PENDERITAAN
A.
PENGERTIAN
PENDERITAAN
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Intensitas
penderitaan memiliki beberapa tingkatan, ada yang ringan dan ada yang berat
yang dapat dipengaruh oleh peranan individu. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan untuk seseorang, belum tentu dianggap penderitaan untuk orang lain.
Penderitaan juga bisa merupakan suatu energi untuk bangkit, atau merupakan
langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami semua orang, hal itu
merupakan "resiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagian
kepada umatnya, tetapi juga mamberikan kesedihan dan penderitaan yang bermakna
agar manusia tidak berpaling dariNya. Bagi manusia yang beriman penderitaan yang
dialami akan menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersifat pasrah
akan nasib yang di tentukan Tuhan untuk dirinya. Kepasrahan karena yakin
kuasaan Tuhan jauh lebih besar dari dirinya. Dalam kepasrahan tersebut akan di
dapatkan kedamaian hati sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaannya
dan akhirnya dia akan bersyukur karena Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih
berat dari yang dialami.
Dalam surat Al-Insyiqoq ayat 6 menyatakan
"Manusia adalah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan". Surat
tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk kelangsungan
hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam,
masyarakat sekitar, dan tidak boleh lupa untuk taqwa kepada Tuhan. Apa bila
manusia melalaikan salah satunya atau tidak sungguh-sungguh menjalankannya,
maka akibatnya manusia akan menderita.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam
kehidupan. Kasus-kasus penderitaan tersebut sesuai dengan lika-liku kehidupan
manusia. Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis
untuk mengurangi atau menyembuhkan, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya
tergantung pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan penderitaan psikis
yang dihadapinya.
B.
SIKSAAN
Siksaan dapat diartikan
sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau
rokhani. Siksaan yang dialami seseorang berakibat timbulnya penderitaan.
Di dalam Al-Qur’an surat Al Ankabut ayat 40 diterangkan jenis
dan ancaman siksaan yang dialami oleh orang-orang musyrik, syirik, dengki,
menfitnah, mencuri, makan harta anak yatim dan sebagainya di akhirat nanti
“Masing-masung bangsa
itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya
kamu hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan
halilintar begemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan
ke dalam tanah seperti kaum Qorun, ada pua yang kami tenggelamkan sepertu kaum
Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka
jualah yang menganiaya diri sendiri karena dosa-dosanya”.
Siksaan yang sifatnya
psikis :
Kabimbangan
dialami olah seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan
mana yang akan diambil.
Kesepian
yang
dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya
walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
Seperti halnya
kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi agar seseorang tidak terus menerus
merasakan penderitaan batin. Sebagai homo socius, seseorang perlu kawan, maka
untuk mengalahkan rsasa kesepian orang perlu mencari kawan yang dapat diajak
berkomunikasi. Pada umumnya orang yang dapat dijadikan “kawab duka” adalah
orang yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami oleh sahabatnya
itu. Selain mancari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu
kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak
memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
Ketakutan
bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut
sebagai phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara
lain :
1.
Cloustrophobia
dan Agoraphobia. Cloustrophobia adalah rasa takut
terhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan yang disebabkan
seseorang berada di tempat terbuka.
2.
Gamang
merupakan
ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi.
3.
Kegelapan
merupakan
ketakutan seseorang bila ia berada di tempat gelap. Sebab dalam pikirannya
dalam kegelapan akan muncul sesuatu yang ditakuti, seperti setan, pencuri, dll.
Orang yang takut pada kegelapan biasanya selalu menyalakan lampu kamarnya walau
saat tidur.
4.
Kesakitan
merupakan
ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami. Seseorang yang
disuntik sudah berteriak-teriak sebelum jarum suntik disuntikkan pada dirinya.
Hal itu dikarenakan dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan rasa kesakitan.
5.
Kegagalan
merupakan
ketakutan seseorang yang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan
dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah untuk bercinta
kembali, karena takut dalam percintaan berikutnya akan mengalami kegagalan,
trauma yang pernah dialaminya tekat menjadikan dirinya ketakutan kalau kejadian
tersebuat terulang kembali.
Kebanyakan phobia
dimulai dengan suatu shock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu,
misalnya pekerjaan baru, kematian dalam keluarga, suatu oprasi atau sakit yang
serius. Beberapa penderita mengatakan bahwa mereka memang merasa gelisah dan
tekanan sejak masih kanak-kanan, tetapi phobia juga dapat berkembang dalam diri
orang-orang yang kelihatannya tenang dan mantap.
Umumnya ada dua aliran
tentang penyebab phobia. Ahli-ahli jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia
adalah suatu gejala dari suatu masalah psikologis yang dalam yang harus
ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah
laku percaya bahwa suatu phobia adalah masalahnya dan tidak perlu menemukan
sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dab pengobatan. Kebanyakan
ahli-ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh si penderita
hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita
sepuluh kali lebih parah.
C.
KEKALUTAN
MENTAL
Penderitaan
batin dalam ilmu psikologis dikenal sebagai kekalutan mental. Kekalutan mental
dapat diartikan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi persoalan yang harus diatasi yang mengakibatkan bertingkah secara
tidak wajar.
Gejala-gejala
pemula bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1. Nampak
pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada
lambung.
2. Nampak
pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu,
mudah marah.
Tahap-tahap
gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rokhaninya.
2. Usaha
mempertahakan diri dengan cara negatifm yaitu mundur atau lari, sehingga cara
bertahan dirinya salah. Pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila
menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan masalahnya, sehingga tidak
menekan perasaanya. Bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau
memecahkan masalah.
3. Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya
kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
1. Kepribadian yang lemah
akibat kondisi jasmani atau mental yang kuran sempurna. Hal tersebut
menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri secara berangsur-angsur akan
menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
2. Terjadinya konflik sosial budaya
akibat norma yang berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam
masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya orang pedesaan
yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan
sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa jayanya dulu.
3. Cara pematangan batin
yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Over acting sebagai overcompensatie.
Proses-proses kekalutan
mental yang dialami oleh seseirang mendorong kearah positif dan negative. Bila
mendorong kearah positif trauma yang
dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup,
misalnya melakukan sholat tahajud waktu malah hari untuk memperoleh ketenangan
dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun
melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupannya. Bila
mendorong kearah negatif trauma yang
dialami diperlarut atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat
tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain :
1. Agresi
berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara
fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau
tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi
adalah kembali pada pola reaksi yang primitive atau kekanak-kanakan (infantil),
misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung, memecahkan
barang-barang.
3. Fiksasi
adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya
dengan membius, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada
benda keras.
4. Proyeksi
merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap
sendiri yang negative pada orang lain, kata pepatah “awak yang tidak pandai
menari, dikatakan lantai yang terjungkit”.
5. Identifikasi
adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya,
misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang
film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6. Narsisme adalah
self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih
superior dari pada orang lain.
7. Autisme adalah
geja;a menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke
sifat yang sinting.
Penderita
kekalutan banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. Kota-kota besar
yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa
dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang
tidak mau tahu keperluan hidupnya, sehingga orang tidak mau tahu terhadap
penderitaan orang lain akibat egoisme sebagi ciri masyarakat kota.
2. Anak-anak muda
yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan,
karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang
usia tuapun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat noema
lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah
berlaku.
3. Wanita
pada umumnya lebih mudah merasakan suatu yang dibawanya kedalam hati atau
perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara itu
mereka memiliki kondisi tubug yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang
banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan)
dari pada kaum pria.
4. Orang yang tidak beragama
tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggim
sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan yang sulit orang
yang demikian mudah sekali mengalami penderitaan.
5. Orang yang terlalu mengejar materi
seperti pedagang dan pengusaha memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan
kegiatannya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin, mereka adalah kaum
materialis dan mengabaikan spiritual yang justru membuat seseorang pasrah pada
saat tertentu.
Bagi mereka yang muali
merasakan tidak mampu lebih menderita, biasanya terlontar kata-kata lebih baik
mati daripada hidup, dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka
berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang merasa
terlalu menderita dan putus asa, mengambil jalan “pintas” dengan bunuh diri.
D.
PENDERITAAN
DAN PERJUANGAN
Penderitaan
adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati, karena itu adalah
pilihan manusia itu sendiri untuk berusaha mengurai penderitaan semaksimal
mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah
makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatsi penderitaan yang
mengancam atau dialaminya. Hal in membuat manusia itu kreatif, baik bagi
penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderita.
Penderitaan
dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia
hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan
juga menderita, karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap
hidup sebagai rangkaian penderitaan. Allah telah berfirman dalam surat Arra’du
ayat 11, bahwa Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu
sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan
dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah
berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar,
dengan waspada dan disertai do’a kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan
malapetaka. Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin
bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagian dari kehidupannya dilalui
penderitaan dan penuh perjuangan.
E.
PENDERITAAN,
MEDIA MASA DAN SENIMAN
Dalam
dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan lebih besar. Hal ini
telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dapat menyejahterakan manusia dan
sebagian lainnya membuat manusia menderita. Peciptaan bom atom, reaktor nuklir,
pabrik senjata, paluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang
terjadinya penderitaan manusia. Beberapa sebab lain yang menimbulkan
penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang, dll.
Berita
mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV,
radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasa penderitaan
manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu.
Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa
material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari
musibah tersebut.
Media
masa merupakan alat paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
penderitaan manusia secara tepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat
dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesame manusia terutama bagi
yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan
para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat
menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
F.
PENDERITAAN
DAN SEBAB-SEBABNYA
Apabila
kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya
penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
a)
Penderitaan
yang muncul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki. Dengan kata
lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Karena
perbuatan buruk antara sesame manusia maka manusia lain menjadi menderita,
misalnya pembantu rumah tangga yang diparkosa, disekap, disiksa oleh
majikannya, sudah pantas jika majikannya itu diganjar dengan hukuman penjara
oleh pengadilan negeri supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan sekaligus
merasakan penderitaan. Sedangkan pembantunya dipulihkan.
Perbuatan
buruk manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia.
Tetapi manusia tidak mnyadari hal ini. Mungkin kesadaran itu baru timbul
setelah musibah yang membuat manusia menderita, misalnya musibah banjir dan
tanah longsor di lampung selatan bermula dari penghunian liar di hutan
lingdung, kemudian pohon-pohon ditebang manjadi tandus dan gundul oleh
manusia-manusia penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir,
ratusan rumah hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan harta benda yang
hilang. Segenap lapisan masyarakat, pemerintah dan ABRI bekerja sama untuk
membebaskan para korban dari penderitaan ini.
b)
Penderitaan
yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Kesabaran, tawakal, dan
optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan ini. Banyak
contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus
penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :
1. Seorang
anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia
disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan
mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan
sampai di Universitas dan akhirnya memperoleh gelar Doktor di Universitas
DSarbone Perancis. Dia adalah Prof. Dr. Thaha Husen, Guru besar di Universitas
di Kairo Mesir.
2. Nabi
Ayub mengalami siksaan Tuhan. Tetapi dengan sabar ia menerima cobaan ini. Bertahun-tahun
ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan memeliharanya, dan ia
dikucilkan. Berkat kesabaran dan pasrah kepada Tuhan, sembuhlah ia dan tampak
lebih muda, sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi. Disini kita dihadapkan
kepada masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah,
tetapi juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri
yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang cukup lama.
3. Tenggelamnya
Fir’aun di laut Merah seperti disebutkan dalam Al-Qur’an adalah azab yang
dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir’aun adalah raja
Mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala tentaranya
mengejar Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya menyebrang laut Merah, laut itu
terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berlalu. Ketika Fir’aun dan
tentaranya berada tepat di tengah belahan laut merah itu, seketika itu juga
laut merah tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
G.
PENGARUH
PENDERITAAN
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, kecewa, putus
asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative ini dapat timbul sikap
anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sifat
positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan,
dan penderitaan itu hanya sebagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya
menimbulkan sifat kreatif dan tidak mudah menyerah.
Apabila
sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para
pembaca dan penonton, maka mereka akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu
dapat berupa kemauan untuk mengadakan peubahan nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai
ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesai. Keadaan yang berupa
hambatan harus disingkirkan.
PENGALAMAN PENDERITAAN
Saya
memiliki alergi kulit dari saat saya masih bayi. Saya memiliki alergi kulit
karena keturunan dari ayah saya. Dari masih bayi saya selalu bolak balik ke
dokter kulit untuk menyembuhkan penyakit kulit yang saya derita. Saat saya
masih batita, muka saya dipenuhi oleh bintik-bintik merah. Saya memiliki kulit
yang gampang luka dan gampang merah. Jika saya merasa stres atau terlalu banyak
pikiran saya akan merasa gatal-gatal di sekujur tubuh saya, karena tidak kuat
dengan rasa gatalnya, saya akan menggaruknya, dan akhirnya tubuh saya dipenuhi
luka-luka. Saya adalah tipikal orang yang tidak ingin menyusahkan orang lain,
dan cenderung menyimpan apa yang saya mau, dan tidak mengatakannya kepada yang
lain. Tante saya bercerita saat saya masih batita, saya sering sekali tiba-tiba
menggaruk-garuk badan saya. Awalnya keluarga saya tidak mengerti kenapa saya
sering sekali menggaruk-garuk badan, tangan, kaki, bahkan muka saya, tetapi
akhirnya saat saya SD dari situ keluarga saya tau bahwa saya suka menyimpan apa
yang saya inginkan dan akhirnya saya gatal-gatal karena memikirkannya.Saat saya
masih SD saya pernah izin dari sekolah hanya untuk pergi ke dokter kulit.
Jika
saya memegang minuman yang terlalu dingin, tangan saya akan mengembung, itu
semua karna alergi kulit saya. Pernah waktu itu saya memegang pop ice terlalu
lama tangan saya pun mulai merasa gatal dan seperti mengembung, saat saya
menaruh pop ice tersebut di meja, saya melihat tangan saya, dan tangan saya
sudah mengembung.
Jika
saya memakan es krim yang terlalu dingin dan mengenai bibir saya, bibir saya
juga akan menjadi bengkak. Pernah waktu itu saya memakan es potong bersama
kakak dan adik saya saat saya memakannya tiba-tiba kakak saya berkata “Ayi itu
bibir kamu jeding” saat saya melihat ke kaca ternyata benar bibir saya bengkak,
saya pun berhenti memakan es potong tersebut dan memberikannya kepada kakak saya.
Jika
saya memakan kelengkeng. Saya lebih memilih membuka kulit kelengkeng
menggunakan gigi saya. Dan ketika itu bibir saya akan merasa gatal-gatal dan
akhirnya bibir saya akan bentol-bentol dan akhirnya menjadi bengkak. Seperti
saat itu kakek saya selalu membelikan kelengkeng untuk cucu-cucu nya. Saya juga
suka memakan kelengkeng tetapi saat saya membuka kulitnya dengan gigi saya dan
memakannya saya merasa gatal-gatal dan akhirnya bibir saya menjadi
bentol-bentol dan akhirnya bengkak.
Awalnya
saya tidak tahu bahwa tangan saya akan gembung, atau bibir saya akan bengkak.
Semua itu saya tau disaat saya mencobanya. Sungguh semua itu merepotkan saya.
Karena saya menjadi tidak bias melakukan atau memakan makanan atau minuman yang
saya suka.
Saat
saya terlalu banyak tugas, dan tugas itu membebani saya, saya akan merasa
gatal-gatal dan akhirnya tubuh saya dipenuhi luka. Meski di saat saya sudah
tumbuh menjadi lebih dewasa saya lebih memilih untuk tidak terlalu memikirkan
tugas saya sehingga saya tidak merasa terbebani, tetapi tetap saja badan saya
terasa sangat gatal, dan akhirnya badan saya dibenuhi luka-luka.
Saya
memiliki kulit yang cepat merah dan akan sedikit gatal bila dipegang terlalu
kencang. Saat saya bercanda dengan teman saya. Teman saya menahan saya agar tidak
kabur dengan memagang lengan saya dengan kecang. Saya berusaha melepasnya
tetapi sungguh sulit. Akhirnya setelah lumayan lama dia melepasnya, dan saat
saya malihat tangan saya, tangan saya merah bekar pegangan teman saya tersebut
dan sedikit gatal tetapi untungnya tidak menimbulkan luka.
Saat
saya ke dokter kulit dokter itu berkata kalo saya tidak boleh stres, karena
disaat saya stres penyakit kulit itu akan muncul. Kata dokter saya saya lebih
banyak memiliki luka-luka diantara lekukan, seperti lekukan ditangan dan di
kaki. Saat selalu berobat ke dokter itu dari saya masih kecil. Sehingga dokter
itu sangat mengerti jika saya datang berobat. Dokter tersebut pula yang
mengobati ayah saya jika alergi kulitnya kambuh.
Sudah
lebih dari 18 tahun saya menderita penyakit kulit ini tentu itu sangat menyusahkan
saya. Karena disaat badan saya penuh luka saya merasa sakit dimana-mana. Dan
saat saya mandi saya akan merasa sangat perih lukanya bila terkena air apalagi
sabun, tetapi semua itu sudah menjadi takdir saya. Jadi saya selalu melewati
semua itu seperti biasanya. Saya selalu pergi ke dokter kulit jika merasa
luka-luka tersebut tidak kunjung hilang. Walau kulit saya tidak bias sembuh
karena itu sudah mengalir di gen saya, dan akan selalu kambuh jika saya merasa
stres, tetapi luka-luka tersebut dapat diobati dengan berobat ke dokter kulit.
Banyak teman-teman dan keluarga saya yang kasihan melihat saya selalu merasa gatal,
dan melihat luka-luka yang ada pada saya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar