Minggu, 26 November 2017

HAKI (HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL)

HAKI (HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL)

HAKI atau Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak ekslusif yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Salah satu HAKI yaitu Hak cipta. Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum adalah sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun atau 50 tahun setelah pertama kali diumumkan atau dipublikasikan atau dibuat, kecuali 20 tahun setelah pertama kali disiarkan untuk karya siaran, atau tanpa batas waktu untuk hak moral pencantuman nama pencipta pada ciptaan dan untuk hak cipta yang dipegang oleh Negara atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama (UU 19/2002 bab III dan pasal 50).
Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di Indonesia secara umum diancam hukuman penjara paling singkat satu bulan dan paling lama tujuh tahun yang dapat disertai maupun tidak disertai denda sejumlah paling sedikit satu juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah, sementara ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana hak cipta serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan (UU 19/2002 bab XIII).

Minggu, 29 Oktober 2017

Kode-Kode Etik Engineer

Kode-Kode Etik Engineer

Teknik Industri adalah suatu bidang keilmuan yang mempelajari bagaimana merancang, mengatur dan mengaplikasikan semua faktor-faktor seperti manusia, mesin, metode, material, lingkungan dan analisis keuangan serta kajian manajerial menjadi suatu sistem dalam lingkup yang berhubungan dengan fungsi industri seperti penelitian dasar, penelitian operasional, pengembangan terhadap suatu produk baru melalui rekayasa industri, desain produk, perancangan sistem kerja dan ergonomi, perawatan mesin, pengendalian kualitas dan mutu, otomasi sistem produksi hingga pada analisa kelayakan pabrik yang mencakup pula kajian manajemen secara komprehensif dan aplikatif. Dalam menjadi seorang yang mengambil keilmuan teknik industri dibutuhkan beberapa kode etik.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Profesional dan Profesi Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesame yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan. Tujuan kode etik agar profesionalisme memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Dalam menjalankan profesi, diperlukan memiliki dasar-dasar yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1.        Prinsip Tanggung Jawab. Seorang yang memiliki profesi harus mampu bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari profesi tersebut, khususnya bagi orang-orang di sekitarnya.
2.        Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar seseorang mampu menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain, khususnya orang yang berkaitan dengan profesi tersebut.
3.        Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari kebutuhan seorang profesional untuk diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan profesinya.
4.        Prinsip Integritas Moral. Seorang profesional juga dituntut untuk memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang engineer yang disebut kode etik engineer Indonesia dalam catur karsa sapta dharma insinyur Indonesia. Dalam kode etik engineer terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
1.        Mengutamakan keluhuran budi.
2.        Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia.
3.        Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4.        Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran.
Terdapat beberapa tuntutan kode etik yang harus dimiliki oleh seorang engineer. Adapun kode-kode etik yang harus dimiliki oleh engineer yaitu sbb:
1.        Menerima tanggung jawab dalam pengambilan keputusan engineering yang taat asas pada keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan publik, dan segera menyatakan secara terbuka fatktor-faktor yang dapat membahayakan publik atau lingkungan.
2.        Menghindari konflik interes nyata atau yang terperkirakan sedapat mungkin, dan membukakannya pada para pihak yang terpengaruh ketika muncul.
3.        Akan jujur dan realistis dalam menyatakan klaim atau perkiraan menurut data yang tersedia.
4.        Menolak sogokan dalam segala bentuknya.
5.        Mengembangkan pemahaman teknologi, aplikasi yang sesuai, dan kemungkinan konsekuensinya.
6.        Menjaga dan mengembangkan kompetensi teknis dan mengambil tugas teknologi yang lain hanya bila memiliki kualifikasi melalui pelatihan atau pengalaman, atau setelah menyatakan secara terbuka keterbatasan relevansi kami.
7.        Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa bergantung pada faktor-faktor seperti ras, agama, jenis kelamin, keterbatasan fisik, umur dan asal kebangsaan.
8.        Berupaya menghindari kecelakaan pada orang lain, milik, reputasi, atau pekerjaan dengan tindakan salah atau maksud jahat
9.        Membatu rekan sejawat dan rekan sekerja dalam pengembangan profesi mereka dan mendukung mereka dalam mengikuti kode etik ini.
Dengan kode etik engineer tersebut dapat diketahui ciri-ciri dari seorang engineer yang professional. Berikut adalah ciri-ciri engineer profesional
1.        Memegang teguh kode etik profesi.
2.        Pekerjaan merupakan “hobi”.
3.        Keahlian awet, segar, dan mutakhir.
4.        Berupaya mencapai standar hasil yang lebih baik.
5.        Senantiasa berupaya memperbaiki diri, mempertahankan integritas, dan bekerja ke arah kesempurnaan.
6.        Cakap dalam prakarsa, kreativitas, kearifan, dan kedewasaan.
7.        Berketrampilan tinggi dalam melakukan perhitungan-perhitungan perancangan dan evaluasi.


Analisis Jurnal Penerapan Pengendalian Mutu Produksi di PT AC Tangerang

Berikut adalah Power Point dari Analisis Jurnal Penerapan Pengendalian Mutu Produksi pada PT AC Tangerang

Power Point

Kamis, 13 Juli 2017

DAMPAK KEBERADAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR

Latar Belakang

Di Indonesia terdapat berbagai macam limbah. Berdasarkan peraturan pemerintah PP no. 18 tahun 1999 dan PP no. 85 tahun 1999, limbah difenisikan sebagai  sisa buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Ketika mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu, limbah yang dibuang kelingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Limbah dapat menimbulkan dampak negatif apabila jumlah atau konsentrasinya dilingkungan telah melebihi baku mutu. Beberapa limbah yang ada saat ini yaitu limbah pabrik, limbah rumah tangga, limbah pertambangan, dll. Berdasarkan limbah" yang ada saat ini, dapat diketahui bahwa limbah yang dapat dikategorikan paling berbahaya yaitu limbah pertambangan. Limbah pertambangan sendiri merupakan limbah yang berasal dari kegiatan pertambangan. Kandungan limbah ini terutama berupa material tambang, seperti logam, batuan, dan zat-zat kimia lainnya.
Berdasarkan limbah-limbah yang dihasilkan oleh proses pertambangan, terdapat banyak dampak negatif yang terjadi. Dampak negatif dari limbah pertambangan tersebut salah satunya adalah pencemaran lingkungan. Berdasarkan dampak negatif dari hasil limbah pertambangan tersebut diharapkan dampak negatif tersebut dapat sedikit demi sedikit ditanggulangi, sehingga dapat meminimumkan dampak negatif dari limbah pertambangan yang dihasilkan.

Pembahasan

Terdapat beberapa jenis barang tambang di Indonesia. Barang tambang di Indonesia yang menghasilkan limbah yang dapat dikategorikan paling berbahaya yaitu batubara dan emas. Limbah hasil pertambangan batubara dan emas memiliki dampak negatif tersendiri bagi lingkungan.
Sebagian besar batu bara diperoleh dari tumbuh-tumbuhan tropis  ataupun fosil-fosil masa prasejarah. Tumbuhan tersebut tertimbun hingga berada dalam lapisan-lapisan batuan sedimen yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolen (proses pengarangan) yang terbagi menjadi dua yaitu prosess bio kimia dan proses metamorfosis. Proses bio kimia adalah proses terbentuknya batu bara yang dilakukan oleh bakteri anaerop dan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang menjadi keras karena beratnya sendiri, jadi tidak ada kenaikan suhu dan tekanan. Proses ini mengakibatkan tumbuh-tumbuhan berubah menjadi gambut (turf). Proses metamorfosis adalah suatu proses yang terjadi karena pengaruh tekanan dan suhu yang sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama. Pada proses ini sudah tidak ada bakteri lagi.
Batubara atau bahan bakar fosil adalah sumber energi terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen. Namun demikian, batubara juga memiliki karakter negatif yaitu disebut sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat tingginya kandungan karbon. Limbah dari hasil pertambangan batubara biasanya mengandung asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan dan dapat mencemarkan air. Air yang sudah tercemar 2 senyawa tersebut akan bersifat asam. Bila air yang sudah bersifat asam tersebut melewati batuan karang atau kapur maka dapat melarutkan senyawa Ca dan Mg pada batuan tersebut, sehingga memberikan efek terjadinya "air sadah". Air sadah sendiri merupakan air yang tidak berbuih, sehingga tidak dapat digunakan untuk mencuci. Selain itu limbah pertambangan yang bersifat asam juga sangat berbahaya karena dapat memusnahkan kehidupan akuatik (perairan).
Penambangan emas adalah proses dan teknik yang digunakan dalam pengambilan emas dari tanah. Emas harus dia ambil dari daratan tinggi baru di gali sedalam mungkin agar dapat emasnya.
Salah satu dampak negatif pencemaran lingkungan dari penambangan emas adalah rembesan limbah cair yang mengandung logam berat raksa (Hg). Pada proses penambangan emas, merkury digunakan untuk meningkatan laju pengendapan emas dari lumpur. Peraturan internasional sebenarnya sudah tidak lagi memperbolehkan penggunaan merkury untuk pertambangan pada skala besar.
Logam berat raksa sangat berbahaya meskipun pada konsentrasi rendah. Logam berat raksa dapat larut dalam air dan ketika mengenai perairan baik sungai maupun laut dapat langsung membahayakan masyarakat. Studi kasus menunjukkan terdapat beberapa pengaruh buruk dari mercury seperti tremor, kehilangan kemampuan kognitif, dan gangguan tidur dengan gejala kronis bahkan pada konsentrasi uap mercury yang rendah 0.7 sampai 42 μg/m3.
Penelitian menujukkan bahwa jika menghirup langsung mercury selama 4-8 jam pada konsentrasi 1.1 sampai 44 mg/m3 menyebabkan sakit dada, batuk, hemoptysis, pelemahan dan pneumonitis. Pencemaran mercury secara besar dapat menunjukkan akibat parah seperti terganggunya system syaraf, seperti halusinasi, insomnia, dan kecenderungan bunuh diri. Limbah pertambangan emas yang lebih membahayakan adalah bahaya laten mercury. Laten mercury jika masuk ke perairan, akan larut dan mengendap pada ikan dan akan memberikan efek langsung seperti yang dijelaskan tadi jika ikan tersebut dikonsumsi.
Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak janin dan anak lebih rentan terhadap metil merkuri dibandingkan dengan otak dewasa.
Keracunan logam berat seperti merkuri atau air raksa pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2004 yaitu tragedi Teluk Buyat dimana penduduk di daerah tersebut menderita banyak benjolan di tubuhnya yang dianalisis sebagai akibat dari limbah merkuri dan logam berat lainnya. Benjolan ini bukan hanya diderita masyarakat tapi juga ikan-ikan karang yang ada di sekitar Teluk.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Dampak negatif dari pertambangan tersebut perlu ditanggulangi lebih lanjut, mulai dari pengalokasian tempat" pertambangan, sehingga tidak dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar maupun masyarakat sekitar, maupun mencari alternatif" lainnya. Salah satu alternatif penanggulangan limbah pertambangan terhadap pencemaran lingkungan yaitu menggunakan bioabsorber. Teknik ini digunakan untuk konservasi sungai yang tercemar logam berat pasca revolusi industri di inggris dan eropa daratan.  Teknik biosorpsi ini menggunakann tumbuhan air-eceng gondok untuk menyerap logam berat yang larut pada air. Eceng gondok memiliki kapasitas biosorbsi yang besar untuk berbagai macam logam berat terutama Hg. Logam berat tersebut diabsorbsi dan dikonversi menjadi building block sehingga tidah lagi membahayakan lingkungan. Namun demikian laju biosorbsi lambat, distribusi eceng gondok juga hanya mengapung dipermukaan. Hal ini bisa diantisipasi dengan desain embung yang luas namun dangkal atau dengan melibatkan proses pengolahan lanjut dengan pengolahan tambahan.
Secara teknis dapat dilakukan dengan membuat embung atau waduk kecil sebelum pembuangan akhir. Embung tersebut dijadikan sebagai tempat pembuangan air limbah pertambangan. Pada embung tersebut ditumbuhkan eceng gondok yang akan mengadsorpsi logam berat yang terlarut didalamnya. Kemudian sebagai pengolahan akhir sebelum dibuang ke pembuangan akhir, air dapat disaringan terlebih dahulu dengan karbon aktif untuk mengadsorbsi kandungan sisa yang belum dapat diikat atau diabsorbsi oleh eceng gondok. Karbon aktif secara sederhana dapat dengan mudah dibuat dari arang melalui proses pemanasan pada temperatur 600-800°C selama 3-6 jam. Karbon aktif tersebut memiliki derajat pemisah yang sangat tinggi, sehingga dapat mengakibatkan kandungan logam yang keluar sangat rendah.

Kesimpulan

Terdapat beberapa barang tambang di Indonesia, antara lain tambang emas dan tambang batubara. Barang tambah di Indonesia menghasilkan beberapa limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar. Pada pertambangan batubara menghasilkan limbah asam sulfat dan senyawa besi yang dapat larut dalam air, sehingga membuat air bersifat asam dan dapat menghancurkan ekosistem akuatik atau perairan, selain itu apa bila air yang bersifat asam tersebut terkena batuan karang atau kapur, dapat mengakibatkan air sadah atau air yang tidak berbuih, sehingga tidak dapat digunakan untuk mencuci. Pada pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat raksa atau merkury, yang sangat berbahaya baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi, merkury tersebut dapat mengakibatkan tremor, kehilangan kemampuan kognitif, sakit dada, batuk, hemoptysis, dan terganggunya sistem syaraf. Limbah pertambangan tersebut dapat ditanggulangi dengan membuat embung atau waduk kecil sebelum pembuangan akhir. Waduk tersebut dibuat dangkal dan ditumbuhkan eceng gondok, kemudian sebagai pengolahan akhir, air dapat disaring terlebih dahulu dengan menggynakan karbon aktif yang dbuat dari pemanasan arang, sehingga kandungan logam yang dikeluarkan sangat rendah.

Lampiran





DAFTAR PUSTAKA


FASILITAS TAMAN

Kriteria taman kota yang baik salah satunya adalah memiliki fasilitas serta elemen seperti vegetasi termasuk pohon peneduh, pedestrian, tempat duduk, arena bermain, jogging track, penerangan yang cukup, tempat sampah, jalur sepeda, tempat parkir, pos keamanan, toilet, fasilitas kaum disable, anak-anak, serta orang lanjut usia yang memadai. Demi mewujudkan taman kota yang memenuhi kriteria, Taman Heulang tentu saja memiliki atau menyediakan berbagai fasilitas diantaranya adalah sebagai berikut.
1.      Tempat berteduh
Tidak menjadi masalah bagi pengunjung yang datang beramai-ramai jika ingin mencari tempat berteduh, karena di taman heulang sudah disediakan gazebo yang dapat memuat banyak orang. Jika membawa bekal dari rumah, para pengunjung dapat menikmati bekalnya tersebut sambal berteduh di gazebo.
2.      Pedestrian dan jalur sepeda
Taman heulang pun memiliki fasilitas berupa pedestrian dan jalur sepeda. Sayangnya pedestrian dan jalur sepeda di taman heulang
3.      Tempat duduk
Tempat duduk merupakan bagian terpenting dari sebuah taman. Tempat duduk yang terdapat di Taman Heulang memiliki berbagai macam jenis yaitu bangku single, bangku grup, dan bangku besar.
4.      Jogging track
Jika anda datang pagi hari ke Taman Heulang, anda akan melihat beberapa orang sedang jogging di taman ini. Hal ini sungguh maklum karena taman heulang salah satu tempat yang nyaman untuk dijadikan track jogging.
5.      Pengintai CCTV
Penggunaan CCTV di taman heulang bertujuan agar tidak ada masyarakat yang memiliki niat buruk saat berada di taman heulang. Juga bertujuan agar masyarakat menjaga norma asusila.
6.      Air mancur
Pengadaan air mancur bertujuan untuk menambah keindahan pada taman
7.      Toilet
Tentunya toilet dibutuhkan ditempat umum.
8.      Rumah jaga
Rumah jaga berguna untuk menjaga ketertiban di taman heulang
9.      Panggung
Luar biasanya taman heulang adalah di taman ini terdapat panggung. Panggung ini digunakan jika ada event-event tertentu.


Berdasarkan fasilitas-fasilitas yang sudah disebut diatas, diketahui bahwa taman heulang termasuk kriteria taman yang baik. Selain fasilitas fasilitas tersebut, taman heulang merupakan salah satu paru-paru kota bogor. Taman Heulang memiliki banyak sekali pohon dan tanaman, bahkan terdapat hydropolik yang dipelihara di Taman Heulang.

SEJARAH TAMAN HEULANG

Akhir – akhir ini, Bogor dimanjakan dengan berbagai taman baru di perkotaannya. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan program menjadikan Kota Bogor sebagai kota sejuta taman. Saat ini sudah ada 199 taman di Kota Bogor, 10 di antaranya merupakan hasil revitalisasi dan pembaharuan. Salah satu taman yang baru dibangun adalah Taman Heulang.
Dulu sebelum Taman Heulang dibangun, tempat tersebut merupakan lapangan heulang. Lapangan tersebut biasa digunakan oleh warga sekitar untuk bermain bola. Berikut adalah foto yang diambil oleh google satellite pada Juli 2015, dapat dilihat bahwa tempat tersebut masih berupa lapangan dan belum ada perubahan sebagai taman.


Pembangunan Taman Heulang ini dimulai dari 1 September 2016 dan hingga akhirnya diresmikan akhir Desember 2016. Taman Heulang sendiri memiliki luas sekitar 28.000 meter persegi yang merupakan taman terbesar di Kota Bogor. Pembangunannya sendiri membutuhkan anggaran sekitar Rp 4,3 Miliar. Akhirnya taman ini berubah dari lapangan sepak bola menjadi taman kota yang indah.
Taman Heulang berada di Jl. Heulang yang menghubungkan antara Jl. Dadali dan Jl. Ahmad Yani. Untuk lebih jelasnya, taman ini berada di sebelah SMK Negeri 1 Bogor dan juga tepat berada di belakang SMP Negeri 5 Bogor.

Rabu, 11 Januari 2017

Review Jurnal Ergonomi

Controller Hierarchies For Efficient Virtual Ergonomic Assessments Of Manual Assembly Sequences

A.      PENDAHULUAN
Sebuah perangkat lunak Model Digital Manusia (DHM) adalah alat dalam manufaktur virtual yang memungkinkan simulasi perakitan manual bekerja jauh sebelum produk fisik telah dibuat. Tujuan DHM adalah untuk meningkatkan baik dalam hal produk dan produksi, maupun dari sudut pandang sosial. Simulasi pekerjaan perakitan manual dapat digunakan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah desain, urutan perakitan yang salah, postur tubuh yang salah, dan kemacetan logistik awal dalam tahap pengembangan konseptual. Hal ini meningkatkan kualitas produksi, mengurangi biaya perubahan desain akhir dan waktu jalan dari proses manufaktur. Untuk membuat simulasi yang relevan, pengguna harus memastikan bahwa manikin menghindari tertabrak dengan objek di lingkungan sekitarnya, mempertahankan keseimbangan dan seluruh gerakan yang digunakan ergonomis dalam seluruh tugas perakitan.
Jurnal ini memperkenalkan kerangka kerja berdasarkan sistem pengontrol hirarki baru. Instruksi tingkat tinggi dimasukkan ke pengawas utama yang dapat menafsirkan petunjuk dan membagi mereka ke dalam satu set instruksi yang lebih kecil dan lebih spesifik. Hasil interpretasi tergantung pada keadaan manekin dan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Pada langkah berikutnya, pengendali utama memberikan petunjuk baru yang dihasilkan untuk sub pengontrol dalam struktur hirarki. Dengan demikian, setiap instruksi ditafsirkan dan dibagi sampai pengontrol tercapai. Sebuah pengontrol menghasilkan satu set instruksi tingkat rendah, yang diartikan sebagai sekumpulan contoh perencanaan untuk manikin yang menghasilkan urutan gerakan ergonomis dan bebas tabrakan untuk mencapai tugas perakitan.
Kontribusi utama dari jurnal ini adalah sistem pengontrol hirarki yang dinamis menafsirkan instruksi bahasa tingkat tinggi dan rekursif menghasilkan urutan instruksi tingkat rendah yang diperlukan manikin untuk menyelesaikan tugas, bagaimana untuk secara otomatis menghasilkan contoh perencanaan untuk manikin, dan cara modular untuk menggunakan kembali dan menggabungkan kemampuan pengontrol yang berbeda.
  
B.       UJI KASUS
Kerangka kerja ini ditunjukkan pada dua uji kasus industri. Dua kasus menggambarkan bagaimana kerangka menangani skenario perakitan umum seperti pemanfaatan dukungan dan perakitan dua fase.
1.      Perakitan Unit Kontrol Elektronik
Unit kontrol elektronik yang disebut cembox dirakit di bawah unit mengemudi. Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas manikin perlu menahan keseimbangan dengan tangan kiri. Gambaran dari perakitan dan pendukung untuk menahan keseimbangan yang ditunjukkan pada Gambar 1. Manikin berjalan ke meja dan mengambil cembox, kemudian berjalan ke posisi perakitan. Manikin perlu bersandar kepada mobil dengan tangan kiri digunakan untuk menjaga keseimbangan. Pada langkah berikutnya adalah merakit cembox di dalam mobil yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3 menggambarkan bagaimana tugas perakitan dibagi dari pengendali utama menjadi instruksi tingkat rendah.
Gambar 1. Gambaran perakitan
(a) manikin berjalan meja untuk mengambil perangkat elektronik (ditunjukkan oleh benda berwarna oranye) dan berjalan ke posisi perakitan; (b) manikin meggunaan tangan kiri untuk bersandar pada kerangka mobil untuk menjaga keseimbangan
Gambar 2. Perakitan elektronik

Gambar 3. Struktur hirarki ketika unit elektronik dirakit. Pengontrol tingkat tinggi tercantum pada sisi kiri sedangkan pengontrol tingkat rendah terdaftar pada sisi kanan dan pengontrol menengah tercantum di tengah.

2.      Perakitan alternator
Dua tahap perakitan yang dilakukan adalah memasang alternator sesuai posisi pada mesin dengan menggunakan sekrup. alternator harus ditempatkan sebelum sekrup dipasang. Manikin berjalan ke meja untuk mengambil alternator dan sekrup. Pada langkah berikutnya, manikin berbalik dan berjalan untuk perakitan di depan mesin. Akhirnya, alternator dan sekrup dipasang, ditunjukkan pada Gambar 4. Untuk mencapai perakitan, pengontrol utama membagi keseluruhan tugas perakitan ke dalam sub tugas yang lebih kecil. Gambar 5 menunjukkan struktur control hirarki yang digunakan untuk menyelesaikan tugas.
Gambar 4. (a) awal perakitan; (b) manikin berjalan ke meja untuk mengambil alternator dan sekrup; (c) manikin berjalan dan menempatkan alternator pada posisi perakitan; (d) dekat dari perakitan; (e) alternator dipasang pada mesin; (f) sekrup dipasang untuk memperbaiki alternator.
Gambar 5. Struktur hirarki ketika alternator dirakit. Pengontrol tingkat tinggi tercantum pada sisi kiri sedangkan pengontrol tingkat rendah terdaftar pada sisi kanan dan pengontrol menengah tercantum di tengah.

C.       PEMBAHASAN
Kerangka kerja ini menunjukan cara generik dan keseluruhan modular untuk menggunakan kembali dan mengabungkan kemampuan pengontrol yang berbeda. Hal ini memungkinkan pengontrol untuk berinteraksi mengirim dan menerima sinyal yang mungkin diperlukan ketika menjalankan instruksi tingkat rendah dalam simulasi, misalnya mencegah pengendali menjalankan petunjuk terlarang, atau jalan menuju deadlock. Awalnya, pengguna perlu untuk menentukan awal dan akhir keadaan, dan menciptakan titik pegangan pada objek yang akan digunakan. Namun, dalam langkah-langkah yang akan datang, informasi tersebut secara otomatis melewati antara pengendali berikutnya dalam struktur hirarki. Hal ini menciptakan transisi informasi yang lancar antara langkah-langkah yang berbeda dari simulasi, yang dapat mengurangi kebutuhan bagi pengguna untuk berinteraksi dan memberikan informasi secara manual untuk mencapai simulasi
Struktur ini juga memungkinkan pengontrol yang akan dijalankan secara paralel. Artinya, manikin diperbolehkan untuk berkolaborasi satu sama lain, dan manikin dapat berinteraksi dengan lingkungan seperti robot dan sel. Selain itu, struktur rekursif dari sistem pengendali memungkinkan untuk menciptakan ketergantungan antara pengontrol yang berbeda untuk menghentikan perhitungan atau mengubah urutan. Hal ini memungkinkan pengguna memasukan maupun mengubah interaktif pada semua tingkat dalam hierarki pengontrol, misalnya untuk memaksa pengontrol untuk mengikuti urutan yang telah ditentukan.
Kerangka yang diusulkan adalah umum dan tidak hanya dapat digunakan dengan manikin. Ini dapat digunakan pada robot, konveyor, dan peralatan otomatisasi lainnya, yang memungkinkan untuk mensimulasikan keseluruhan urutan perakitan. Selain itu, kerangka yang merupakan metodologi untuk membuktikan jika satu set sifat tahan untuk model mungkin secara resmi dapat diverifikasi. Kerangka ini dapat digunakan untuk memastikan tidak ada deadlock yang terjadi, untuk memverifikasi bahwa tidak ada pengontrol yang melanggar model, dan untuk memastikan bahwa tidak ada kontradiksi dalam spesifikasi model

D.      KESIMPULAN DAN SARAN

Kerangka hirarki pengontrol yang disajikan dalam karya ini menawarkan cara generik dan keseluruhan modular untuk menggunakan kembali dan mengabungkan kemampuan pengontrol yang berbeda. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan manual dari interaksi pengguna, yang juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi perakitan. Sistem ini diterapkan untuk beberapa skenario industri umum, dan kinerjanya ditunjukkan pada dua kasus-kasus tertentu. Selain itu, kerangka umum yang tidak terbatas untuk memanipulasi manikin tunggal, dan mungkin dengan mudah diperluas untuk mengkoordinasikan beberapa manikin, robot, konveyor, dll dalam rangka untuk mensimulasikan sel perakitan. Kerangka kerja ini juga dapat secara resmi diverifikasi untuk menghindari ketidaktahuan dan mencegah pelanggaran spesifikasi model.

Rabu, 04 Januari 2017

Review Jurnal Data Sekunder



Determinants of infant and young child feeding practices in Nepal: Secondary data analysis of Demographic and Health Survey 2006

I.         Latar Belakang
Saat ini direkomendasikan untuk bayi dan balita termasuk inisiasi menyusui dalam satu jam pertama setelah lahir, ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, dan memberikan nutrisi yang memadai dan makanan pendamping disertai ASI sampai usia 2 tahun atau lebih. Sebuah studi di pedesaan penduduk Nepal selatan memberikan bukti kuat bahwa inisiasi dini menyusui antara bayi yang baru lahir selama periode neonatal mungkin mencegah 19,1% dari kematian neonatal dalam pengaturan ini. Nepal memiliki populasi sekitar 27 juta dan seluas 147.181 kilometer persegi. Tingkat kematian anak-anak di bawah 5 tahun adalah 61 per 1.000 dan angka kematian ibu adalah 281 per 100.000. Satu dari dua anak-anak Nepal di bawah usia 5 tahun terhambat, 13% yang terbuang, dan 39% kekurangan berat badan. Malnutrisi masa kanak-kanak tidak dapat diminimalkan kecuali sampai komprehensif dan intervensi makan anak-anak di tingkat masyarakat diimplementasikan. Pemerintah Nepal menganggap menyusui sebagai strategi untuk mengurangi kekurangan gizi protein-energi di kalangan anak-anak. Terdapat kekurangan dari penelitian tentang bayi dan indikator makan anak-anak di Nepal, dan tingkat karakteristik individu, rumah tangga, dan masyarakat yang berkaitan dengan praktik pemberian makan pada tingkat nasional.

II.      Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan kunci indikator dari ASI dan makanan pendamping pada anak di bawah usia 24 bulan di Nepal dan mengidentifikasi karakteristik sosiodemgrafi dan faktor lain yang berhubungan dengan bayi miskin dan pemberian makan pada anak-anak dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan tahun 2006.

III.   Metode
Data dari Nepal Survei Demografi dan Kesehatan 2006 yang digunakan dalam analisis ini. Dilakukan wawancara dengan 8.600 perempuan berusia 15 sampai 49 tahun (tingkat respon 98,4%). Analisis ini melibatkan semua anak terakhir berusia 0 sampai 23 bulan yang tinggal dengan ibu mereka. Indikator-indikator yang direkomendasikan WHO pada tahun 1991 meliputi tingkat tepat waktu pertama menyusui (proporsi bayi kurang dari usia 12 bulan yang pertama kali menyusui dalam waktu 1 jam setelah lahir), tingkat yang pernah disusui (proporsi bayi kurang dari 12 bulan usia yang pernah disusui), tingkat pemberian ASI saat ini (proporsi anak-anak kurang dari 24 bulan usia yang saat ASI), tingkat pemberian ASI terus (1 tahun) (proporsi anak-anak 12 sampai 15 bulan usia yang mendapat ASI), tingkat menyusui terus (2 tahun) (proporsi anak-anak 20-23 bulan usia yang mendapat ASI), tingkat pemberian ASI eksklusif (proporsi bayi kurang dari 6 bulan usia yang ASI eksklusif), tingkat menyusui dominan (proporsi bayi kurang dari 6 bulan usia yang sudah muak didominasi ASI tanpa cairan makanan berbasis tambahan selain jus buah dan air gula), tingkat pemberian ASI penuh (proporsi bayi kurang dari 6 bulan usia yang baik secara eksklusif atau didominasi ASI), tingkat botol (proporsi bayi kurang dari usia 12 bulan yang menerima makanan atau minuman dari botol dalam 24 jam), tingkat waktu melengkapi makan (proporsi bayi 6 sampai 9 bulan usia yang menerima makanan pendamping selain ASI dalam 24 jam), durasi rata-rata dari setiap menyusui (usia [di bulan] ketika 50% dari anak-anak tidak lagi ASI), dan durasi rata-rata pemberian ASI eksklusif (usia [di bulan] ketika 50% dari anak-anak tidak lagi ASI eksklusif). Indikator makan yang dipilih diperiksa terhadap variabel-variabel independen untuk menjelaskan bagaimana setiap indikator bervariasi di seluruh tingkat karakteristik individu, rumah tangga, dan masyarakat.

IV.   Hasil
Bersasarkan karakteristik tingkat individu, rumah tangga, dan masyarakat dari 1.906 anak-anak berusia antara 0 dan 23 bulan setengah (51,3%) dari ibu-ibu bisa membaca dan menulis, dan hanya seperempat (25,6%) telah menyelesaikan pendidikan menengah atau tinggi. Dari jumlah total kelahiran 80,3% hanya 22,1% telah menerima bantuan kesehatan yang terlatih untuk melahirkan. Seperempat (25,3%) dari ibu dalam sampel yang kekurangan berat badan (indeks massa tubuh [BMI] ≤ 18,5 kg / m2).
Dari total 1.906 anak-anak berusia 0 sampai 23 bulan, 98,1% telah menyusui selama 24 jam terakhir. Hanya 35,4% telah menyusui dalam satu jam pertama setelah lahir sisanya tidak diberikan apa-apa atau diberikan makanan prelaktal segera setelah lahir. Tingkat menyusui 97,5% pada tahun pertama (12 sampai 15 bulan) dan 95,0% pada tahun kedua (20-23 bulan). Tingkat pemberian ASI eksklusif pada anak di bawah usia 6 bulan adalah 53,1%, menunjukkan bahwa hampir setengah dari bayi diberi cairan atau makanan lain selain ASI. Rata-rata durasi menyusui adalah 33,6 bulan pada anak di bawah 36 bulan, dan rata-rata durasi pemberian ASI eksklusif adalah 3,6 bulan. Persentase anak-anak yang didominasi ASI adalah 20,7%. Tingkat menyusui penuh adalah 73,9%, yang meliputi 53,1% mendapatkan ASI eksklusif dan 20,7% dominasi ASI. Tingkat susu botol dalam 24 jam pada bayi di bawah usia 12 bulan adalah 3,5%. 74,7% bayi usia 6 sampai 9 bulan menerima makanan pelengkap selain ASI.
Tingkat tepat waktu pertama menyusui secara signifikan lebih rendah pada bayi yang lahir dengan sesar (10,8%) dibandingkan mereka yang lahir dengan persalinan normal (36,2%). Tingkat tepat waktu pertama menyusui adalah sangat rendah di pegunungan (28,3%) dibandingkan di bukit (33,3%) atau terai (37,8%). Tingkat pemberian ASI eksklusif secara signifikan lebih rendah untuk bayi dari ibu dengan pendidikan menengah atau lebih tinggi (42,4%) dibandingkan bayi dari ibu tanpa pendidikan (53,4%). Tingkat pemberian ASI eksklusif adalah 57,2% untuk bayi yang lahir di rumah dan 39,1% untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan. Persentase penggunaan botol-makan untuk anak yang lahir di fasilitas kesehatan empat kali lebih tinggi dari anak-anak di rumah (8,1% dan 2,4%). Tingkat pemberian ASI eksklusif hanya 37,6% di antara bayi dari keluarga kaya, sedangkan 67,2% di antara bayi dari keluarga miskin. perbedaan lebih lanjut antara anak-anak dari  keluarga miskin dan kelurga kaya bisa dilihat dari tingginya tingkat penggunaan botol-makan di antara bayi dari keluarga kaya (12,5%) dibandingkan dengan tingkat yang sangat rendah dari penggunaan botol-makan pada keluarga miskin (0,7%). Proporsi anak yang menerima ASI saja saat lahir hampir 100% dan menurun perlahan-lahan sekitar 90% pada 23 bulan terakhir. Tingkat pemberian ASI eksklusif sekitar 90% pada saat kelahiran dan 60% pada usia 4 bulan, dan menurun dengan cepat sekitar 20% pada usia 6 bulan.
Bertambahnya usia bayi dikaitkan dengan tidak adanya pemberian ASI eksklusif (OR = 2,10; 95% CI, 1,75-2,51; p <0,001). Ibu yang menghadiri klinik memiliki tingkat lebih rendah dari pemberian ASI eksklusif dari mereka yang tidak melakukan kunjungan klinik (OR untuk satu atau dua kunjungan = 2,54; 95% CI, 1,19-5,43; p <0,05). Tingkat pemberian ASI eksklusif tinggi untuk bayi yang tinggal di bukit (OR = 0,20; 95% CI, 0,07-0,59; p <0,01) atau terai ( OR = 0,29; 95% CI, 0,09-0,93; p <0,05) dibandingkan mereka yang tinggal di pegunungan. Bayi yang tinggal di daerah perkotaan lebih mungkin untuk menggunakan botol-makan dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan (OR = 4,13; 95% CI, 1,93-8,80, p <0,001). Risiko penggunaan botol-makan bayi lebih rendah ketika lahir ini dihadiri oleh tenaga kesehatan tidak terlatih daripada tenaga kesehatan terlatih (OR = 0,37; 95% CI, 0,17-0,81; p <0,05). Bayi yang lahir dengan persalinan sesar berisiko lebih tinggi untuk tidak menerima inisiasi menyusui daripada yang lahir dengan persalinan normal (OR = 4,99; 95% CI, 1,27-19,52; p <0,05). Ibu yang tinggal di terai berada pada risiko yang lebih rendah untuk keterlambatan dalam memulai menyusui daripada mereka di pegunungan (OR = 0,58; 95% CI, 0,35-0,98; p <0,05).
V.      Pembahasan
Indikator utama dari pemberian makan bayi, tingkat yang pernah disusui, saat ASI, dan terus menyusui yang memuaskan (> 95%) dibandingkan dengan indikator lain seperti tingkat tepat waktu pertama menyusui, ASI eksklusif, menyusui dominan, menyusui penuh, dan waktu pemberian makanan tambahan. Tingkat penggunaan botol-makan di Nepal (3,5%) lebih rendah dibandingkan di Bangladesh (22,4%), India (14,8%), dan Sri Lanka (27,2%), menurut hasil survei terbaru yang tersedia. Rendahnya tingkat penggunaan botol-makan di Nepal adalah karena tingginya persentase keluarga yang tinggal di masyarakat pedesaan di mana akses ke sufor rendah. Analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat sufor lebih tinggi pada wanita di daerah perkotaan dan ditolong oleh tenaga kesehatan selama kelahiran, dan antara ibu lebih kaya dan lebih terdidik yang memiliki kapasitas untuk membeli makanan dan terkena iklan untuk pengganti ASI melalui media. Hal ini juga menarik untuk dicatat bahwa perempuan di Nepal berlatih menyusui berkepanjangan, dengan 50% masih menyusui di 31,2 bulan.
WHO merekomendasikan bahwa menyusui akan dimulai pada semua bayi dalam waktu 1 jam setelah lahir. Sebuah studi yang dilakukan di Nepal selatan menemukan bahwa 19% dari kematian dapat dihindari dengan inisiasi universal menyusui dalam satu jam pertama kelahiran. Namun, hanya 26,8% dari ibu-ibu di Nepal mulai menyusui dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Tingkat inisiasi menyusui di Nepal adalah tiga kali lebih tinggi dari di Bangladesh (9,0%) dan dekat dengan di India (23,5%), tapi sekitar setengah dari di Sri Lanka (56,3%). Tingkat makanan pendamping di Nepal (74,7%) lebih tinggi daripada di Bangladesh (62,3%) dan di India (56,7%), tetapi lebih rendah dari di Sri Lanka (93,4%). Analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat makanan pendamping ASI yang tepat waktu pada bayi 6-9 bulan usia secara signifikan lebih tinggi di antara ibu berpendidikan, dan ini bisa disebabkan tepat waktu pengenalan makanan padat atau makanan semipadat oleh ibu-ibu berpendidikan. Namun, tingkat yang lebih tinggi dari makanan pendamping ASI dengan tarif yang lebih rendah dari ASI eksklusif pada wanita berpendidikan menunjukkan bahwa makanan pendamping telah dimulai bahkan sebelum 6 bulan dari usia yang direkomendasikan.
Tingkat tidak diberikan ASI eksklusif lebih tinggi di antara ibu dengan lebih banyak kunjungan ke klinik. Alasan yang mungkin adalah status sosial ekonomi yang lebih tinggi dan juga tidak diberi konseling dengan benar di klinik perawatan kehamilan. Hal ini juga mungkin bahwa wanita yang membuat lebih banyak kunjungan lebih berpendidikan dan mungkin telah kembali ke pekerjaan mereka sebelumnya. Para wanita dengan kunjungan perawatan lebih sedikit mungkin kurang berpendidikan dan memiliki kurang urgensi untuk kembali bekerja, yang memungkinkan mereka untuk terus tinggal di rumah dan terus memberikan ASI eksklusif.
Tingkat susu botol pada bayi disampaikan dengan operasi caesar adalah sekitar lima kali lebih tinggi dibandingkan di antara bayi lahir dengan persalinan normal. Ibu yang menjalani operasi caesar biasanya disarankan oleh staf rumah sakit untuk memberikan sufor dan memiliki akses mudah ke susu formula. Bayi yang dilahirkan dibantu oleh kerabat dan anggota keluarga memiliki tingkat lebih tinggi pemberian ASI eksklusif dibandingkan mereka yang dilahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan. Kerabat berpengalaman dan anggota keluarga dapat membantu dalam awal menyusui dini sambil membantu ibu setelah melahirkan.
Pemberian air dan cairan lainnya terhadap bayi adalah kontributor besar untuk tingkat rendahnya pemberian ASI eksklusif. Ibu harus diberitahukan bahwa bayi mereka tidak membutuhkan air atau cairan lain sampai usia 6 bulan. Ini adalah pesan penting yang bisa disebarkan oleh kampanye di tingkat masyarakat. Tingkat pemberian ASI eksklusif jauh lebih rendah pada ibu-ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan dengan bantuan tenaga persalinan terlatih, menunjukkan kebutuhan untuk menggabungkan strategi untuk kesadaran tepat waktu pertama menyusui dan pemberian ASI eksklusif pada semua tingkat sistem perawatan kesehatan. Oleh karena itu, tidak hanya anggota masyarakat, tetapi juga profesional kesehatan, perlu mendukung ibu untuk meningkatkan tingkat pemberian ASI eksklusif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan pola makan dan asupan makanan, khususnya yang berkaitan dengan makanan pendamping ASI, dan efeknya pada pertumbuhan anak.

VI.   Kesimpulan dan Saran
Sebagian besar indikator menyusui di Nepal berada di bawah tingkat yang diharapkan untuk mengurangi tingkat kematian anak. Perlu perbaikan lebih lanjut untuk mendapatkan manfaat keseluruhan dari menyusui dan makan tepat waktu untuk pengurangan gizi buruk, morbiditas, dan mortalitas pada anak-anak. Strategi promosi pemberian ASI harus secara khusus menargetkan ibu yang lebih banyak berhubungan dengan sistem pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan yang memberikan perawatan bagi ibu selama kehamilan dan persalinan, khususnya dokter spesialis kebidanan dan staf medis terkait, harus secara aktif terlibat dalam program promosi pemberian ASI.